iklan

MIRIS ! Ternyata Selama Ini Kita Keliru Kapan Mengucapkan "Subhanallah" dan "Masya Allah", Begini seharusnya ..................

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280


Selama ini kita diajarkan jika kita melihat hal-hal yang baik, indah, ataupun menakjubkan seperti pemandangan yang indah, anak yang cerdas, rumah yang bagus dan sebagainya, kita dianjurkan untuk mengucapkan “Subhanallah…“. Sedangkan, apabila melihat sesuatu yang mengagetkan, mengejutkan dan sejenisnya, kita dianjarkan untuk mengucapkan “Masya Allah…”. Hal tersebut sudah lama diajarkan hingga pada saat ini telah menjadi suatu budaya. Sehingga sampai saat ini ketika kita melihat sesuatu yang bagus, indah, atau menakjubkan, kita akan secara spontan mengucapkan "Subhanallah" dan ketika kita melihat sesuatu yang mengagetkan, mengejutkan atau sejenisnya, secara otomatis kita akan mengucapkan "Masya Allah".
Namun ternyata selama ini kita salah memahami makna dari "Subhanallah" dan Masya Allah". Menurut sebagian ulama, hal ini merupakan sesuatu yang keliru. Kapan kita mengucapkan kedua kalimat itu adalah terbalik, maksudnya, yang seharusnya kita mengucapkan “Masya Allah” malah mengucapkan “Subhanallah”, begitu pula sebaliknya. Tanpa panjang lebar lagi, mari kita bahas dua pendapat yang ada terkait masalah ini.

1.    Pendapat Pertama
Pendapat yang pertama mengatakan bahwa pengucapan kalimat tasbih (Subhanallah) diucapkan ketika orang yang mengucapkan itu sedang dalam keadaan heran terhadap sikap seseorang, takjub terhadap suatu peristiwa ataupun ketika melihat maupun mendengar sesuatu yang tidak pantas bagi Allah SWT. Adapun landasan dari pendapat ini adalah sebagai berikut:

     Abu Hurairah ra. pernah bertemu dengan Nabi SAW sedangkan ia masih dalam kondisi junub. Lalu Abu Hurairah pergi mandi tanpa pamit kepada Baginda. Setelah balik, Nabi SAW bertanya, mengapa tadi dia pergi. Abu Hurairah berkata, “Aku junub, dan aku tidak suka duduk bersama anda (Rasulullah) sedangkan aku dalam keadaan tidak suci.” Kemudian Nabi SAW bersabda,
سُبْحَانَ اللَّهِ! إِنَّ الْمُسْلِمَ لاَ يَنْجُسُ
“Subhanallah! Sesungguhnya muslim itu tidak najis.” (HR. Bukhari 279)

Rasulullah heran terhadap Abu Hurairah yang mengira dirinya najis hanya karena dalam kondisi junub. Maka, Nabi pun menjelaskan bahwa seorang muslim itu tidaklah najis, walaupun ia dalam kondisi junub. Sehingga, tidak perlu minder apabila ingin bertemu sesama muslim.
Sedangkan untuk kondisi kedua, yakni takjub terhadap sebuah peristiwa, landasannya adalah;

Dari Muhammad bin Jahsy ra, “Suatu ketika, Rasulullah melihat ke arah langit, kemudian beliau bersabda,
سُبْحَانَ اللَّهِ مَاذَا نُزِّلَ مِنَ التَّشْدِيدِ
Subhanallah, betapa berat ancaman yang diturunkan ….”

Dan untuk kondisi ketiga adalah berdasar pada  surat Al-Baqarah ayat 116:
وَقَالُواْ اتَّخَذَ اللّهُ وَلَداً سُبْحَانَهُ بَل لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ كُلٌّ لَّهُ قَانِتُونَ
 “Mereka (orang-orang Nasrani) berkata, ‘Allah mempunyai anak’, Maha Suci Dia (dari tuduhan itu).”

Masih membahas pendapat pertama, menurut mereka, ucapan “Masya Allah” yang benar adalah ketika melihat sesuatu yang indah. Landasan mereka adalah:
وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “Maasyaa Allaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)

2.    Pendapat Kedua
Dalam pendapat yang kedua ini, pengucapan Subhanallah dan Masya Allah lebih dirinci, yaitu:
a.     “Subhanallah” boleh diucapkan ketika melihat sesuatu yang menakjubkan atau indah, dengan catatan, hal itu murni atas kekuasaan Allah dan tanpa campur tangan manusia. Sebagai contoh, ketika kita melihat keindahan pemandangan alam, orang yang cantik/tampan, mukjizat-mukjizat, karomah atau bisa juga diucapkan ketika melihat peristiwa gunung meletus, gempa bumi dan sebagainya. Pendapat ini berdasar pada surat Al-Isra’ ayat 1:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Dalam ayat tersebut, Allah memuji diri-Nya sendiri dengan kalimat tasbih ketika menunjukkan keMahaKuasaan-Nya yang bisa memperjalankan Rasulullah SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dalam semalam. Padahal, apabila perjalanan antara dua masjid mulia tadi ditempuh dengan perjalanan biasa, bisa menghabiskan waktu sebulan lebih perjalanan.
 Sedangkan, kalimat “Masya Allah” diucapkan ketika melihat sesuatu/kejadian yang indah maupun menakjubkan, dengan adanya peranan manusia dalam sesuatu/kejadian tersebut. Contohnya, ketika melihat bangunan yang indah dan megah, memasuki kebun yang cantik, teknologi yang canggih atau prestasi yang membanggakan, fisik yang kuat dan sebagainya. Allah berfirman di surat al-Kahfi,
وَلَوْلا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
“Mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “Maasyaa Allaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah).” (QS. al-Kahfi: 39)

Dalil di surat al-Kahfi tersebut dipahami dengan penjelasan yang sudah disebutkan di atas. Dalam ayat di atas, objek dari ucapan “Masya Allah” adalah kebun. Sedangkan, dalam adanya sebuah kebun itu tadi, selain tanaman-tanaman di dalamnya tumbuh atas izin Allah, juga ada usaha dari si pemilik kebun dengan menanamnya, menyirami, memupuki dan seterusnya.

Demikian penjelasan mengenai arti dan waktu pengucapan kalimat “Subhanallah” dan “Masya Allah” yang tepat. Semoga dengan penjelasan tersebut, dapat menguatkan akhidah kita Bahwa sesungguhnya Allah Maha Suci dan Maha Esa. Hanya Dia yang mampu menjadikan segala seuatu itu terjadi.


Sumber:
Muchlisin, (2015). KAGUM, YANG TEPAT UCAP SUBHANALLAH ATAU MASYA ALLAH, diakses dari http://bersamadakwah.net/kagum-yang-tepat-ucap-subhanallah-atau-masya-allah/ pada tanggal 11 Maret 2017
Muhammad Badawi, (2015). WAKTU PENGUCAPAN SUBHANALLAH DAN MASYA ALLAH YANG TEPAT diakses dari http://nettik.net/penggunaan-arti-ungkapan-subhanallah-dan-masya-allah-yang-tepat/ pada tanggal 11 Maret 2017


ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "MIRIS ! Ternyata Selama Ini Kita Keliru Kapan Mengucapkan "Subhanallah" dan "Masya Allah", Begini seharusnya .................."

Posting Komentar