ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Firman Allah dalam Al Quran terkait alam semesta sudah banyak terbukti kebenarannya. Hingga saat ini telah banyak ditemukan oleh para ilmuwan tentang kebenarannya. Hal tersebut tidak terlepas dari Salah satu keajaiban Al-Qur’an yakni terpeliharanya keaslian Al-Qur’an dan tidak akan pernah bisa berubah sedikitpun sejak pertama kali AL-Qur’an itu diturunkan pada 17 Ramadhan 14 abad yang lalu hingga kiamat nanti. Keaslian Al-Qur’an sudah dijamin oleh Allah, sesuai dengan firman-Nya :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْر وَإِنَّا لَهُ
لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
Alquran, dan Sesungguhnya Kami pula yang benar-benar memeliharanya.” (QS
Al-Hijr: 9)
Keaslian Al-Qur’an ini
dibuktikan dengan banyaknya Tahfidz Qur’an yang terus bermunculan di segala
penjuru dunia. dan hingga saat ini kajian ilmiah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tak
pernah berhenti dilakukan. Ajaibnya, meski Al-Qur’an sudah diturunkan 14 abad silam, tapi ayat-ayatnya banyak yang memaparkan tentang yang akan terjadi
di masa depan dan bernuansa ilmiah. Bahkan dengan
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sampai saat ini, sudah banyak ayat-ayat
Al-Qur’an yang terbukti kebenarannya. Para ilmuwan telah berhasil membuktikan
kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an melalui sejumlah studi ilmiah yang dilakukan.
Berikut ini adalah contoh beberapa bukti kebenaran Al-Qur’an di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang kami himpun dari bermacam-macam sumber:
A.
Bidang Ilmu
Pengetahuan Alam
1.
Lapisan-Lapisan Atmosfer
Salah satu bukti nyata tentang kebenaran
AL-Qur’an di bidang Ilmu Pengetahuan Alam adalah tentang adanya 7 lapisan
langit sebagaimana difirmankan Allah dalam dalam Al-Qur’an berikut:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ
لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ
فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia
berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah:29)
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ
فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا
طَائِعِينَ ١١ فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ
فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا
بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ ١٢
“11. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan
asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab:
"Kami datang dengan suka hati".
12. Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
Kata “langit”, yang sering muncul di beberapa ayat Al Qur’an, menunjuk pada “langit” bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata tersebut, terlihat bahwa langit
bumi (atmosfer) bumi terdiri dari tujuh lapisan.
Sampai saat ini sudah benar-benar diketahui bahwa atmosfer bumi terdiri dari 7 lapisan berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Qur’an, Atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Para ilmuwan menemukan bahwa Atmosfer terdiri diri dari 7 lapisan. Lapisan-lapisan
tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda, seperti jenis gas penyusun dan
tekanannya.
Bukti lain kebenaran
AL-Qur’an yang penting adalah tentang fungsi masing-masing lapisan Atmosfer. Hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Fushshilat ayat ke-12 di atas, “… Dia
mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.”. Maksudnya, dalam ayat ini Allah memberikan tugas (fungsi) kepada setiap langit. Sebagaimana yang telah kita pelajari, tiap-tiap
lapisan Atmosfer ini memiliki fungsi yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk
hidup lain di Bumi. Setiap lapisan Atmosfer memiliki fungsi sendiri, mulai dari pembentukan hujan hingga perlindungan
dari radiasi sinar Matahari; dari pemantulan
gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.
2.
Fungsi Gunung
“Dan telah
Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak)
goncang bersama mereka...” (QS. Al Anbiya:31)
Sebagaimana dijelaskan dalam
Firman Allah di atas bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah terjadinya guncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini belum
diketahui oleh siapapun di masa ketika
Al-Qur’an diturunkan. faktanya, hal ini baru terungkap setelah adanya penemuan
geologi modern. Berdasarkan hasil penemuan ini, gunung-gunung muncul akhibat hasil dari pergerakan dan tumbukan antar lempengan-lempengan
raksasa yang membentuk kerak bumi. Saat dua lempengan bertumbukan, lempengan yang
lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas
melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di
bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti
gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya
dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam sebuah karya ilmiah, dijelaskan bahwa struktur gunung digambarkan sebagai
berikut: Pada bagian benua yang lebih tebal (seperti pada jajaran pegunungan) kerak bumi terbenam
lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn
Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton,
Massachusetts, 1985, s. 305). Hal tersebut
ternyata sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Naba’:6-7 berikut:
“Bukankah
Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai
pasak?” (QS. An Naba’:6-7)
Dalam ayat tersebut, gunung diumpamakan sebagai “pasak”: Artinya,
gunung-gunung menggenggam lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke
bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan
cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing
di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita
dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu
tetap menyatu. Fungsi pemancangan ini dikenal dengan istilah “Isostasi”. Isostasi adalah kesetimbangan dalam
kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan tanah akibat tekanan
gravitasi. (Webster’s New Twentieth Century Dictionary,
2. edition “Isostasy”, New York, s. 975). Peran penting gunung yang ditemukan dalam ilmu pengetahuan geologi modern dan penelitian gempa ternyata telah dinyatakan dalam Al Qur’an lebih dulu berabad-abad lalu sebagai suatu bukti kebenaran Qur’an
3.
Pergerakan Gunung
وَتَرَى
الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ
الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
“Dan kamu
lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia
berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan
kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (QS. An Naml:88)
Dalam sebuah ayat di atas dijelaskan bahwa
gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang kita ketahui selama ini, tetapi gunung-gunung terus-menerus bergerak. Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh
gerakan kerak bumi di tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan
magma yang lebih rapat. Di awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam
sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengatakan bahwa
benua-benua di permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal terbentuknya bumi,
namun seiring berjalannya waktu, gunung-gunung itu kemudian bergeser ke arah
yang berbeda-beda sehingga terpisah. Para ahli geologi baru memahami kebenaran pernyataan Wegener setelah 50 tahun kematian Wegener. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh
Wegener dalam sebuah karya ilmiah yang diterbitkan pada tahun 1915 bahwa kurang
lebih 500 juta tahun lalu, seluruh daratan yang ada di permukaan bumi awalnya
adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub
selatan. Sekitar 180 juta tahun silam, Pangaea terbelah
menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah
satu daratan ini adalah Gondwana yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua
adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali
India. Jelang 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi lagi menjadi daratan-daratan
yang lebih kecil.
Pergerakan kerak Bumi baru diketahui setelah adanya penelitian geologi yang
dilakukan oleh para ilmuwan pada awal abad ke-20. Mereka menjelaskan peristiwa pergerakan kerak
bumi ini sebagaimana berikut:
“Kerak dan bagian
terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat 6 buah lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil.
Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak
pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan
benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun.
Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan
pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic
menjadi sedikit lebih lebar.” (Carolyn Sheets, Robert Gardner,
Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts,
1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dicatat di sini, dalam QS. An Naml: 88 tadi Allah telah berfirman bahwa gerakan gunung
sebagaimana bergeraknya awan. Kini, Ilmuwan modern jmenggunakan istilah “Continental Drift”
atau “Gerakan Mengapung Dari Benua” untuk menggambarkan gerakan ini. (National Geographic
Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
4.
Dasar Lautan Yang Gelap
Berdasarkan kajian
ilmiah, manusia sudah tidak dapat menyelam di laut dengan
kedalaman lebih dari 40 meter tanpa peralatan khusus. Dalam sebuah buku berjudul “Oceans” dikatakan
bahwa pada kedalaman 200 meter hampir
tidak ditemukan cahaya, sedangkan pada kedalaman 1000 meter, tidak
terdapat cahaya sama sekali. Keadaan dasar laut yang gelap baru diketahui setelah adanya penemuan teknologi canggih. Namun Allah telah menjelaskan
keadaan dasar laut sejak berabad-abad silam sebelum adanya kemajuan teknologi dalam surat An Nur ayat 40 berikut
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ
فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا
أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا
فَمَا: لَهُ مِنْ نُورٍ
“Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah
tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.” (QS An Nuur: 40).
5.
Sungai di Bawah Laut
“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti
kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri,
sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup
bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini
tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan
TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli
oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut
putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero
dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk
ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di
bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang
sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang
masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi
keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari
penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai
berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam.
Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung
mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian
ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al
Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering
diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini
yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua
lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.”
Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan
tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana
terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun
tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang
berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya
mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi
kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan
yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke
tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai
lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat,
berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada
abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab
suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan
seketika dia pun memeluk Islam.
6. Api di Dasar Laut
“(1) Demi bukit (Sinai), (2) dan kitab
yang ditulis (3) pada lembaran terbuka, (4) Demi Baitul Ma’mur (ka’bah), (5)
atap yang ditinggikan (langit), (6) dan laut yang di dalam dasarnya ada api.”(QS. Ath-Thuur [52]: 1-6).
Klausa sajara at-tannur secara bahasa
berarti ‘menyalakan api hingga panas’. Sejak diturunkannya Al-Qur’an hingga
berabad-abad setelah itu, orang-orang arab belum mampu menguak fakta bagaimana
di balik dasar laut terdapat api, sedangkan air dan panas adalah sesuatu yang
berlawanan.
Hingga baru-baru ini di temukan bahwa bumi
yang kita huni ini memiliki lapisan batu bagian luar yang terbelah menjadi
beberapa lempengan yang terhampar hingga mencapai ratusan kilometer persegi.
Kedalaman berkisar antara 65 hingga 150 km. yang mengherankan adalah
lempengan-lempengan ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya,
sehingga menjadikannya seolah-olah seperti satu lempengan saja. Allah SWT
pernah bersumpah dalam salah satu ayat berikut:
“Dan demi bumi yang mempunyai
belahan.” (QS. Ath-Thoriq
[86]: 12).
Ini adalah ungkapan yang menjelaskan bahwa
di atas permukaan bumi terdapat hamparan lempengan-lempengan yang berhubungan
satu sama lain, sehingga menjadikannya seperti satu lempengan. Dalam ayat ini, jelas sekali kemukjizatan
dan keistimewaan Al-Qur’an, Allah SWT bersumpah demi belahan (lempengan) –yang
merupakan kesatuan dari beberapa lempengan bumi- para ilmuan menyamakannyu
seperti daging yang berbentuk bola tenis. Lempengan-lempengan ini terletak di lembah atau dasar samudra. Ia menahan
lelehan bebatuan panas yang dapat membuat laut meluap-luap. Akan tetapi
banyaknya air di lautan dapat meredam panasnya bara yang memiliki suhu panas
tinggi ini lebih dari 10000 C mampu menguapkan air laut. Ini adalah salah satu
di antara banyak fakta-fakta bumi lainnya yang mengejutkan para ilmuan. Dua orang ilmuawan Rusia, Anatho
Sjabaftisy, ahli Geologi, dan Yuri Bejdenhov, ahli Biologi dan Geologi, bersama
dengan seorang ilmuwan Amerika, Rona Clant, mengadakan penyelaman di dekat
salah satu lempeng terpenting di dunia. Mereka menyelam dengan menggunakan
kapal selam modern Mira hingga sampai pada titik tujuan berjarak 175 km dari pantai
Miami. Mereka menyelam hingga kedalaman 2 mil dari permukaan air laut, sehingga
sampai pada lahar di dalam laut. Tidak ada yang memisahkan mereka dari lahar
tersebut kecuali sebuah lubang dari Akrelik. Saat itu suhu mencapai 2310C dan
mereka berada pada tepi bebatuan jurang, yang dibawahnya memancar air mata
menyala-nyala. Di sana merupakan pangkal bumi di lembah dalam samudra. Mereka
benar-benar menyaksikan bahwa air dingin yang terdapat di permukaan laut
bergerak menuju ke bawah. Pada kedalaman satu mil di bawah laut, lahar letusan gunung berapi semakin
dekat dan meleleh keluar dan memanas, hingga kemudian menyemburkan abu-abu
vulkanik dan zat-zat tambang yang amat panas. Para ilmuan telah menegaskan
bahwa hal seperti ini trejadi di seluruh lautan dan samudra. Kadang sering
terjadi di satu tempat, tetapi pada tempat yang lainnya jarang terjadi.
Gunung-gunung berapi di dasar samudra jumlahnya lebih banyak dan lebih aktif
dibandingkan dengan gunung-gunung berapi di atas daratan. Gunung-gunung berapi tersebut
terbentang sepanjang dasar samudra. Keajaiban yang terdapat pada frasa al-bahru
al-masjur adalah bahwa dengan tidak adanya oksigen di dasar lautan, tidak
memungkinkan bagi lahar vulkanik menyeruak melewati lempengan di dasar samudra
dan mencapai ketinggian garis lempengan tersebut. Selain itu, lahar vulkanik
biasanya berwarna kehitam-hitaman, sangat panas, dan tidak langsung bergejolak.
Lempengan di dasar lautan menyerupai tempat pembakaran roti. Jika dipanaskan di
bawahnya dengan suatu bahan bakar, maka ia akan memanas dengan suhu tinggi,
sehingga roti bisa matang di atasnya. Inilah yang dimaksud secara bahasa pada
kata masjur. Tidak ada satu katapun yang tepat untuk menggantikan makna kata
tersebut secara tepat, agar kita bisa merenungi keagungan ciptaan Allah SWT.
7.
Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain
Salah satu di antara sekian sifat lautan
yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai
berikut:
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara
keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing.” (QS. Ar Rahman:19-20)
Sifat lautan yang saling bertemu, akan
tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli
kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “tegangan
permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat
adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur
satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don
Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan
gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki
Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan
kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang
yang memisahkan keduanya.
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa
pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika,
tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an.
Sumber:
Muslimah, (2015). FAKTA
ILMIAH KEBENARAN AL-QUR’AN DALAM BERBAGAI BIDANG ILMU PENGETAHUAN. Diakses dari
http://mujahidah213.blogspot.co.id/2015/03/fakta-ilmiah-kebenaran-al-quran-dalam.html
pada 13 Maret 2017
0 Response to "Subhanallah ! Inilah Bukti Kebenaran Islam dan Qur'an (Nomor 7 Tak Disangka) Bagian 1"
Posting Komentar