iklan

Subhanallah ! Inilah Bukti Kebenaran Islam dan Qur'an (Nomor 7 Tak Disangka) Bagian 1

ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280


Firman Allah dalam Al Quran terkait alam semesta sudah banyak terbukti kebenarannya. Hingga saat ini telah banyak ditemukan oleh para ilmuwan tentang kebenarannya. Hal tersebut tidak terlepas dari Salah satu keajaiban Al-Qur’an yakni terpeliharanya keaslian Al-Qur’an dan tidak akan pernah bisa berubah sedikitpun sejak pertama kali AL-Qur’an itu diturunkan pada 17 Ramadhan 14 abad yang lalu hingga kiamat nanti. Keaslian Al-Quran sudah dijamin oleh Allah, sesuai dengan firman-Nya :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْر وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
 “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan Sesungguhnya Kami pula yang benar-benar memeliharanya.” (QS Al-Hijr: 9)

Keaslian Al-Qur’an ini dibuktikan dengan banyaknya Tahfidz Qur’an yang terus bermunculan di segala penjuru dunia. dan hingga saat ini kajian ilmiah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tak pernah berhenti dilakukan. Ajaibnya, meski Al-Qur’an sudah diturunkan 14 abad silam, tapi ayat-ayatnya banyak yang memaparkan tentang yang akan terjadi di masa depan dan bernuansa ilmiah. Bahkan dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan sampai saat ini, sudah banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang terbukti kebenarannya. Para ilmuwan telah berhasil membuktikan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an melalui sejumlah studi ilmiah yang dilakukan.

Berikut ini adalah contoh beberapa bukti kebenaran Al-Quran di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang kami himpun dari bermacam-macam sumber:

A.   Bidang Ilmu Pengetahuan Alam
1.    Lapisan-Lapisan Atmosfer
Salah satu bukti nyata tentang kebenaran AL-Qur’an di bidang Ilmu Pengetahuan Alam adalah tentang adanya 7 lapisan langit sebagaimana difirmankan Allah dalam dalam Al-Qur’an berikut:

 هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah:29)


ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ائْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ ١١ فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ  ١٢
“11. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati".
12.  Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.

Kata “langit”, yang sering muncul di beberapa ayat Al Qur’an, menunjuk pada “langit” bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata tersebut, terlihat bahwa langit bumi (atmosfer) bumi terdiri dari tujuh lapisan.
Sampai saat ini sudah benar-benar diketahui bahwa atmosfer bumi terdiri dari 7 lapisan berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an, Atmosfer terdiri atas tujuh lapisan. Para ilmuwan menemukan bahwa Atmosfer terdiri diri dari 7 lapisan. Lapisan-lapisan tersebut memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda, seperti jenis gas penyusun dan tekanannya.
Bukti lain kebenaran AL-Qur’an yang penting adalah tentang fungsi masing-masing lapisan Atmosfer. Hal ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Fushshilat ayat ke-12 di atas“… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.”. Maksudnya, dalam ayat ini Allah memberikan tugas (fungsi) kepada setiap langit. Sebagaimana yang telah kita pelajari, tiap-tiap lapisan Atmosfer ini memiliki fungsi yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup lain di Bumi. Setiap lapisan Atmosfer memiliki fungsi sendiri, mulai dari pembentukan hujan hingga perlindungan dari radiasi sinar Matahari; dari pemantulan gelombang radio hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.

2.    Fungsi Gunung

“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka...” (QS. Al Anbiya:31)

Sebagaimana dijelaskan dalam Firman Allah di atas bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah terjadinya guncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini belum  diketahui oleh siapapun di masa ketika Al-Qur’an diturunkan. faktanya, hal ini baru terungkap setelah adanya penemuan geologi modern. Berdasarkan hasil penemuan ini, gunung-gunung muncul akhibat hasil dari pergerakan dan tumbukan antar lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Saat dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam sebuah karya ilmiah, dijelaskan bahwa struktur gunung digambarkan sebagai berikut: Pada bagian benua yang lebih tebal (seperti pada jajaran pegunungan) kerak bumi terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305). Hal tersebut ternyata sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Naba’:6-7 berikut:
 “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS. An Naba’:6-7)

Dalam ayat tersebut, gunung diumpamakan sebagai “pasak”: Artinya, gunung-gunung menggenggam lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu. Fungsi pemancangan ini dikenal dengan istilah “Isostasi”. Isostasi adalah kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan tanah akibat tekanan gravitasi. (Webster’s New Twentieth Century Dictionary, 2. edition “Isostasy”, New York, s. 975). Peran penting gunung yang ditemukan dalam ilmu pengetahuan geologi modern dan penelitian gempa ternyata telah dinyatakan dalam Al Qur’an lebih dulu berabad-abad lalu sebagai suatu bukti kebenaran Qur’an

3.    Pergerakan Gunung

وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An Naml:88)

Dalam sebuah ayat di atas dijelaskan bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang kita ketahui selama ini,  tetapi gunung-gunung terus-menerus bergerak. Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi di tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Di awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengatakan bahwa benua-benua di permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal terbentuknya bumi, namun seiring berjalannya waktu, gunung-gunung itu kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah. Para ahli geologi baru memahami kebenaran pernyataan Wegener setelah 50 tahun kematian Wegener. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah karya ilmiah yang diterbitkan pada tahun 1915 bahwa kurang lebih 500 juta tahun lalu, seluruh daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan. Sekitar 180 juta tahun silam, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan ini adalah Gondwana yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Jelang 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi lagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Pergerakan kerak Bumi baru diketahui setelah adanya penelitian geologi yang dilakukan oleh para ilmuwan pada awal abad ke-20. Mereka menjelaskan peristiwa pergerakan kerak bumi ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat 6 buah lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dicatat di sini, dalam QS. An Naml: 88 tadi Allah telah berfirman bahwa gerakan gunung sebagaimana bergeraknya awan. Kini, Ilmuwan modern jmenggunakan istilah “Continental Drift” atau “Gerakan Mengapung Dari Benua” untuk menggambarkan gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)

4.    Dasar Lautan Yang Gelap
Berdasarkan kajian ilmiah, manusia sudah tidak dapat menyelam di laut dengan kedalaman lebih dari 40 meter tanpa peralatan khusus. Dalam sebuah buku berjudul “Oceans” dikatakan bahwa  pada kedalaman 200 meter hampir tidak ditemukan cahaya, sedangkan pada kedalaman 1000 meter, tidak terdapat cahaya sama sekali. Keadaan dasar laut yang gelap baru diketahui setelah adanya penemuan teknologi canggih. Namun Allah telah menjelaskan keadaan dasar laut sejak berabad-abad silam sebelum adanya kemajuan teknologi dalam surat An Nur ayat 40 berikut

أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا: لَهُ مِنْ نُورٍ
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikit pun.” (QS An Nuur: 40).

5.    Sungai di Bawah Laut 

“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahwa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahwa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)

Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton rancangan TV `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau , ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan.. .”Artinya: “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” ertinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika dia pun memeluk Islam.

6.    Api di Dasar Laut

“(1) Demi bukit (Sinai), (2) dan kitab yang ditulis (3) pada lembaran terbuka, (4) Demi Baitul Ma’mur (ka’bah), (5) atap yang ditinggikan (langit), (6) dan laut yang di dalam dasarnya ada api.”(QS. Ath-Thuur [52]: 1-6).

Klausa sajara at-tannur secara bahasa berarti ‘menyalakan api hingga panas’. Sejak diturunkannya Al-Qur’an hingga berabad-abad setelah itu, orang-orang arab belum mampu menguak fakta bagaimana di balik dasar laut terdapat api, sedangkan air dan panas adalah sesuatu yang berlawanan.
Hingga baru-baru ini di temukan bahwa bumi yang kita huni ini memiliki lapisan batu bagian luar yang terbelah menjadi beberapa lempengan yang terhampar hingga mencapai ratusan kilometer persegi. Kedalaman berkisar antara 65 hingga 150 km. yang mengherankan adalah lempengan-lempengan ini saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga menjadikannya seolah-olah seperti satu lempengan saja. Allah SWT pernah bersumpah dalam salah satu ayat berikut:

 “Dan demi bumi yang mempunyai belahan.” (QS. Ath-Thoriq [86]: 12).

Ini adalah ungkapan yang menjelaskan bahwa di atas permukaan bumi terdapat hamparan lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama lain, sehingga menjadikannya seperti satu lempengan. Dalam ayat ini, jelas sekali kemukjizatan dan keistimewaan Al-Qur’an, Allah SWT bersumpah demi belahan (lempengan) –yang merupakan kesatuan dari beberapa lempengan bumi- para ilmuan menyamakannyu seperti daging yang berbentuk bola tenis. Lempengan-lempengan ini terletak di lembah atau dasar samudra. Ia menahan lelehan bebatuan panas yang dapat membuat laut meluap-luap. Akan tetapi banyaknya air di lautan dapat meredam panasnya bara yang memiliki suhu panas tinggi ini lebih dari 10000 C mampu menguapkan air laut. Ini adalah salah satu di antara banyak fakta-fakta bumi lainnya yang mengejutkan para ilmuan. Dua orang ilmuawan Rusia, Anatho Sjabaftisy, ahli Geologi, dan Yuri Bejdenhov, ahli Biologi dan Geologi, bersama dengan seorang ilmuwan Amerika, Rona Clant, mengadakan penyelaman di dekat salah satu lempeng terpenting di dunia. Mereka menyelam dengan menggunakan kapal selam modern Mira hingga sampai pada titik tujuan berjarak 175 km dari pantai Miami. Mereka menyelam hingga kedalaman 2 mil dari permukaan air laut, sehingga sampai pada lahar di dalam laut. Tidak ada yang memisahkan mereka dari lahar tersebut kecuali sebuah lubang dari Akrelik. Saat itu suhu mencapai 2310C dan mereka berada pada tepi bebatuan jurang, yang dibawahnya memancar air mata menyala-nyala. Di sana merupakan pangkal bumi di lembah dalam samudra. Mereka benar-benar menyaksikan bahwa air dingin yang terdapat di permukaan laut bergerak menuju ke bawah. Pada kedalaman satu mil di bawah laut, lahar letusan gunung berapi semakin dekat dan meleleh keluar dan memanas, hingga kemudian menyemburkan abu-abu vulkanik dan zat-zat tambang yang amat panas. Para ilmuan telah menegaskan bahwa hal seperti ini trejadi di seluruh lautan dan samudra. Kadang sering terjadi di satu tempat, tetapi pada tempat yang lainnya jarang terjadi. Gunung-gunung berapi di dasar samudra jumlahnya lebih banyak dan lebih aktif dibandingkan dengan gunung-gunung berapi di atas daratan. Gunung-gunung berapi tersebut terbentang sepanjang dasar samudra. Keajaiban yang terdapat pada frasa al-bahru al-masjur adalah bahwa dengan tidak adanya oksigen di dasar lautan, tidak memungkinkan bagi lahar vulkanik menyeruak melewati lempengan di dasar samudra dan mencapai ketinggian garis lempengan tersebut. Selain itu, lahar vulkanik biasanya berwarna kehitam-hitaman, sangat panas, dan tidak langsung bergejolak. Lempengan di dasar lautan menyerupai tempat pembakaran roti. Jika dipanaskan di bawahnya dengan suatu bahan bakar, maka ia akan memanas dengan suhu tinggi, sehingga roti bisa matang di atasnya. Inilah yang dimaksud secara bahasa pada kata masjur. Tidak ada satu katapun yang tepat untuk menggantikan makna kata tersebut secara tepat, agar kita bisa merenungi keagungan ciptaan Allah SWT.

7.    Lautan yang Tidak Bercampur Satu Sama Lain

Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah berkaitan dengan ayat Al Qur’an sebagai berikut:

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing.” (QS. Ar Rahman:19-20)

Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan mereka. (Davis, Richard A., Jr. 1972, Principles of Oceanography, Don Mills, Ontario, Addison-Wesley Publishing, s. 92-93.)
Terdapat gelombang besar, arus kuat, dan gelombang pasang di Laut Tengah dan Samudra Atlantik. Air Laut Tengah memasuki Samudra Atlantik melalui selat Jibraltar. Namun suhu, kadar garam, dan kerapatan air laut di kedua tempat ini tidak berubah karena adanya penghalang yang memisahkan keduanya.
Sisi menarik dari hal ini adalah bahwa pada masa ketika manusia tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai fisika, tegangan permukaan, ataupun ilmu kelautan, hal ini dinyatakan dalam Al Qur’an.

Sumber:

Muslimah, (2015). FAKTA ILMIAH KEBENARAN AL-QUR’AN DALAM BERBAGAI BIDANG ILMU PENGETAHUAN. Diakses dari http://mujahidah213.blogspot.co.id/2015/03/fakta-ilmiah-kebenaran-al-quran-dalam.html pada 13 Maret 2017
ADSENSE 336 x 280 dan ADSENSE Link Ads 200 x 90

0 Response to "Subhanallah ! Inilah Bukti Kebenaran Islam dan Qur'an (Nomor 7 Tak Disangka) Bagian 1"

Posting Komentar